PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA
PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DI BIDANG KESEHATAN
SEMARANG, suaramerdeka.com - Penanganan kasus demam berdarah
harus dilakukan secara bersama-sama, khususnya dengan melibatkan stackholder
yang ada di Kota Semarang.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi D DPRD Kota,
Rukiyanto usai melaksanakan pembahasan masalah maraknya kasus demam berdarah
bersama beberapa SKPD, di Ruang Paripurna DPRD, Senin (4/3).
Seluruh stackholder, harus memiliki tanggung jawab
yang sama dalam hal pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah. Dan hal itu
juga butuh peran serta masyarakat, khususnya dalam menjaga kebersihan
lingkungan dan tempat tinggal.
"Untuk penanganan kasus demam berdarah memang
dibutuhkan peran banyak pihak. Tidak hanya dinas kesehatan saja, tapi seluruh
elemen harus dilibatkan," katanya.
Dalam upaya pencegahan, DPRD Kota juga siap membantu
dalam hal penganggaran. Di tahun anggaran APBD 2013, Dinas Kesehatan digelontor
dana sekitar Rp 1 miliar guna penanganan masalah ini. "Anggaran itu kini
sudah terserap sekitar 30 persen. Kami akan segera mengevaluasinya, dan tak
masalah jika harus dianggarkan lebih," ujar dia.
Sebagai informasi, di musim penghujan tahun ini, angka
penderita demam berdarah (DB) di Kota Semarang cukup tinggi. Tercatat di data
Dinas Kesehatan Kota, sejak periode Januari hingga akhir Februari 2013, ada 471
warga yang terserang penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Widoyono
mengatakan, serangan paling banyak terjadi di Kecamatan Mijen, dengan tingkat
insiden rite (IR) 73/100 ribu penduduk. "Selanjutnya Kecamatan Gunungpati,
dengan insiden rite 45/100 ribu penduduk," paparnya.
Angka ini, diakuinya meningkat dibanding tahun 2012.
Karena dari data yang ada, bulan Januari-Maret 2012 tercatat hanya ada 213
kasus serangan DB. Sedangkan secara keselurahan, di tahun 2012 ada 1.250 warga
yang diserang DB.
( Lanang Wibisono / CN31 / JBSM )
Dua
tahun lagi kita dihadapkan dengan tantangan arus globalisasi yaitu adanya MDGs
(Millenium Development Goals) terutama kita sebagai tenaga kesehatan yaitu
memngupayakan kemajuan dalam pembangunan kesehatan.
Visi
dari MDGs :
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan
Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang
setinggi-tingginya di seluruh republic Indonesia. Gambaran masyarakat di
Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan tersebut dirumuskan sebagai :
INDONESIA SEHAT 2015
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi akif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Layanan yang tersedia adalah layanan yang berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata dindonesia. Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
Misi
:
Untuk dapat mewujudkan visi INDONESIA SEHAT 2015, ditetapkan empat misi
pembangunan kesehatan sebagai berikut:
(1). Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
(1). Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
(2). Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat
(3).Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata,
dan terjangkau
(4).Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya
Salah
satu yang menjadi fokus utama masalah kesehatan saat ini adalah meluasnya
penyebaran wabah Demam berdarah. Penyakit demam
berdarah merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini tampak dari kenyataan yang ada. Di seluruh
wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk
terjangkit penyakit demam berdarah dengue, baik virus penyebab maupun nyamuk
penularnya sudah tersebar luas di perumahan
penduduk maupun fasilitas umum diseluruh Indonesia.
Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan terutama oleh gigitan nyamuk aedes aegypti.
Ciri- Ciri Nyamuk
Penyebar Penyakit :
1. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki
2. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan, drum, kaleng,
1. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki
2. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan, drum, kaleng,
ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung.
3. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan lembab
4. Menggigit di siang hari
5. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter
3. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan lembab
4. Menggigit di siang hari
5. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter
Tanda Dan Gejala
Penyakit
1. Mendadak demam (panas tinggi), suhu badan antara 38°C-40°C atau lebih
1. Mendadak demam (panas tinggi), suhu badan antara 38°C-40°C atau lebih
selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas.
2. Lemah/ lesu
3. Gelisah
4. Nyeri ulu hati
5. Tampak bintik-bintik merah
6. Kadang mimisan, berak darah atau muntah darah
7. Kesadaran menurun atau renjatan (shock)
2. Lemah/ lesu
3. Gelisah
4. Nyeri ulu hati
5. Tampak bintik-bintik merah
6. Kadang mimisan, berak darah atau muntah darah
7. Kesadaran menurun atau renjatan (shock)
Adapun komplikasi dari penyakit
demam berdarah diantaranya :
a.
Perdarahan
luas.
b.
Shock atau
renjatan.
c.
Effuse
pleura
d.
Penurunan
kesadaran.
PEMBAHASAN (RESUME)
PERANAN SERTA MASYARAKAT DALAM
UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DI
BIDANG KESEHATAN
Untuk mewujudkan program pembangunan
kesehatan di tahun 2015 yaitu MDGs , kita sebagai tenaga kesehatan mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan kesuksesan MDGs 2015 nanti. Sesuai
dengan visi dan misi yang telah di cantumkan bahwa kita sebagai tenaga
kesehatan terutama dalam menggerakan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan demam berdarah sudah tertera
dengan jelas dalam visi MDGs pilar ke dua dan ke empat , yaitu :
(2). Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat
(4).Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
Jika kita melihat berdasarkan
literatur surat kabar suara merdeka yang telah ada di atas, yaitu di Semarang
telah di galakkan upaya pencegahan demam berdarah secara bersama-sama yang
melibatkan stackholder. Ternyata untuk mewujudkan kegiatan tersebut membutuhkan banyak
keterlibatan dari berbagai pihak. Tidak hanya dinas kesehatan kota semarang
yang berperan tetapi juga diperlukan keterlibatan dari peran serta masyarakat
untuk mewujudkan kesuksesan program tersebut.
Hal pertama
yang perlu kita lakukan dalam upaya menggerakan peran serta masyarakat adalah meyakinkan
kepada masyarakat setempat bahwa ini masalah kita dan perlu dihadapi
bersama-sama untuk mencari penyelesaianya demi mewujudkan memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat.
Tujuan kesehatan pencegahan demam berdarah ini dititik beratkan
pada upaya preventif dan promotif yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan.
Pemberantasan atau pengendalian
demam berdarah secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pengendalian kimiawi
2) Pengendalian lingkungan
1) Pengendalian kimiawi
2) Pengendalian lingkungan
Cara pengendalian secara kimiawi
yang dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah adalah malathion. Dalam
upaya pencegahan secara kimiawi ini lebih di tekankan pada tugas pemerintah
daerah setempat. Cara penggunaan malathion ini dengan pengasapan (thermal
fogging) atau pengabutan (cold fogging). Untuk pemakaian rumah tangga dapat
digunakan berbagai jenis insektida yang disemprotkan di dalam ruangan atau
kamar. Pengasapan dengan malathion sangat efektif untuk pemberantasan vektor
demam berdarah , namun kegiatan ini tanpa didukung dengan abatisasi, dalam
beberapa hari akan meningkatkan kepadatan nyamuk dewasa yang berasal dari
jentik , karena jentik tidak mati dengan
pengasapan.
Tujuan abatisasi adalah untuk
menekan kepadatan vektor serendah-rendahnya secara serentak dalam jangka waktu
yang lebih lama, agar transmisi virus selama waktu tersebut dapat diturunkan.
Sedangkan fungsi abatisasi bisa sebagai pendukung kegiatan fogging yang dilakukan
secara bersama-sama untuk mencegah meningkatnya penderita demam berdarah .
Cara pengendalian penyebaran demam
berdarah dapat dilakukan dengan cara pemberantasan sarang nyamuk, kegiatan ini
merupakan salah satu pengendalian terhadap lingkungan .Kegiatan ini meliputi
kegiatan menguras bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air minimal satu
kali seminggu karena berkembangnya telur menjadi nyamuk lamanya
tujuh sampai sepuluh hari, menutup rapat tempat penampungan air dan
benda-benda lain yang memungkinkan nyamuk berkembang. Mengubur bahan
bahan yang menjadikan sarang nyamuk berkembang dan selalu memantau keadaan
lingkungan sekitar.
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk
demam berdarah merupakan kegiatan pemerintah bersama
masyarakat yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah dan
menanggulangi penyakit demam berdarah dengan gerakan pemberantasan sarang
nyamuk ini merupakan bagian dari keseluruhan upaya mewujudkan peran serta
masyarakat untuk sadar diri terhadap kebersihan lingkungan dan perilaku hidup
sehat.
Tujuan
gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah membina peran
serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit demam berdarah,terutama dalam
memberantas jentik nyamuk. Sasaran gerakan pemberantasan sarang nyamuk demam
berdarah adalah semua keluarga dan pengelola tempat umum. Untuk melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
lingkungannya masing-masing sehingga bebas dari jentik-jentik nyamuk aedes
aegypti.
Melalui
gerakan ini yang sebelumnya telah di berikan pendidikan kesehatan mengenai
demam berdarah diharapkan keluarga dapat berkonsultasi kepada petugas kesehatan
jika ada anggota keluarga sakit dan diduga menderita penyakit demam
berdarah, karena menderita penyakit ini perlu segera mendapat pertolongan dan
keluarga melaporkan kepada kepala desa atau kelurahan jika ada anggota keluarga
yang menderita penyakit demam berdarah dengue serta membantu kelancaran
penanggulangan penyakit demam berdarah yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Jadi,
kesimpulan dari resume diatas adalah sesuai dengan kata pepatah yaitu mencegah
lebih baik dari pada mengobati. Upaya preventif atau pencegahan demam berdarah
secara dini ternyata mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu keberhasilan
. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya angka penderita demam berdarah yang
sebelumnya tinggi angka kejadianya. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran
pemerintah yang melakukan kegiatan pengendalian secara kimiawi dan peran serta
masyarakat yang melakukan kegiatan pengendalian terhadap lingkungan sekitarnya.
Harapanya untuk kedepan adalah terwujudnya peran serta masyarakat yang aktif di
seluruh wilayah yang ada di indonesia tentang sadar diri terhadap lingkungan
sekitar seperti melakukan upaya upaya pencegahan sebelum terjadinya wabah
penyakit.
Jika
semua masyarakat di indonesia memiliki perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi akif dalam gerakan kesehatan masyarakat,
tentunya kesuksesan MDGs 2015 akan menjadi terwujud dan akan membuat pembangunan kesehatan
menjadi lebih maju.
Oleh
: Lailis Sa’adah (11.020)
AKBID PEMKAB KUDUS 2013